April 2009, adalah tahun saya
mencanangkan bahwa tahun depan akan ke gunung Bromo. Saat itu baru selesai trip
ke Karimunjawa bersama teman-teman backpacker yang baru saya kenal onsite,
onday. Iya kenal saat tiba di Semarang, dalam perjalanan menuju Karimunjawa
Jepara. Dan cita-cita itu terus mengendap di otak sebelah kanan beriring dengan
khayalan yang meminta segera jadi kenyataan. Ngenes saat melihat teman-teman lain yang sudah bisa berfoto di
gunung Penanjakan berlatar Gunung Bromo. Dan sampai medio 2015 saya belum juga merealisasikan mimpi
itu.
Apa sih yang menarik dari gunung Bromo
selain adegan photo-photo. Saya belum paham sampai kemudian saya sampai disana,
Minggu 8 November 2015.
September 2015, keinginan untuk piknik
semakin membara gegara agenda piknik
kantor yang tidak jelas kapan tejadinya. Mari
arrange piknik sendiri saja . Yeaaaha golek bolo patungan sek. Jadilah
nemu 13 orang yang siap jalan bareng. Siap fisik dan siap uang! Ada 3 pilihan saat itu, Lombok, Pangandaran
dan Bromo. Vote paling banyak Bromooooo. Mulailah saya memilih tanggal,
mencari jadual Kereta Api dan mencari biro travel. Dari 4 biro travel yang saya
hubungi, pilihan jatuh pada heliostransport.com , Malang. Kenapa Helios ? Karena penawaran harga negotiable. Ada rincian pengeluaran
sehingga total harga menjadi harga paket, untuk selanjutnya menjadi iuran per
orang. Ditambah lagi Pak Agus, sang komandan, sangat mudah dihubungi, via WA
sekalipun. Harga paket Rp.700.000/orang dengan itenary kebun petik apel dan museum Angkut di Batu Malang, lanjut Taman Nasional Gunung Bromo. Harga sudah termasuk kamar hotel dan sewa jeep.
Setelah tanggal disepakati yaitu 7-8
November, pembelian tiket kereta harus segera dilakukan. Maklum seiring
perbaikan layanan perkeretaapian, mulai dari ticketing, gerbong AC, sampai
kebersihan toilet stasiun menjadikan Kereta Api menjadi moda andalan yang cukup
murah. Murah jika kita membeli 90 hari sebelum hari H, namun kemarin saya membeli tiket untuk 13
orang pada H-40 sudah dapat harga termahal ketiga. Hadeuuuhh.
Rencana awal saya akan menggunakan
kereta Pekalongan-Malang kelas ekonomi Jayabaya atau Bangunkarta dengan
pertimbangan harga murah gila ! Hanya Rp.115.000,- Namun kemudian saya batalkan karena membayangkan lelahnya perjalanan 10 jam
dalam kereta berbangku 3 dengan lebar kursi minimalis. Jadilah mencari kereta pengganti berlabel, Bisnis !. Ternyata
tidak ada rangkaian kereta api bisnis sampai ke Malang, maka rute kereta
pun berganti Pekalongan –Surabaya. Gotcha!
Gumarang Rp.255.000 dan Harina Rp.280.000,- Sebenarnya ada kereta api eksekutif
Jakarta – Malang, sayangnya tidak lewat stasiun Pekalongan, melainkan lewat
jalur selatan. Nyatanya pilihan saya tidak salah, kereta api bisnis nyaman
dengan kursi manusiawi untuk diduduki selama perjalanan 6 jam. Berikut pilhan
jadual kereta ke Surabaya ,Malang dari Pekalongan , atau cek langsung ke situs resmi tiket.keretaapi.co.id atau favorit saya tiket.com.
Berangkat:
1.
Gumarang Jkt-Pkl-Smg-Sby Eks/Bis/Ek
2.
Harina Bdg-Pkl-Smg-Sby Eks/Bis/Ek
3.
Bima Jkt-Malang Eks
4.
Gajayana Jkt-Malang
Eks
5.
Matarmaja Jkt-Pkl-Smg-Mlg Ek
6.
Jayabaya Jkt-Pkl-Smg-Mlg Ek
7.
Majapahit Jkt-Pkl-Smg-Mlg Ek
Berangkat Jumat, 7 November 2015 pukul 21.21dari
stasiun Pekalongan dan tiba 03.40 di stasiun Pasar Turi Surabaya, molor 15
menit dari jadual 3.20. Mengendarai taxi bermobil Avanza menuju kawasan Ampel
untuk istirahat dan mandi. Ongkos taxi Rp.60.000,- untuk perjalanan sekitar
10menit. Lama perjalanan berubah tajam menjadi 40menit saat jarum jam
menunjukkan angka 06.00. Mobil travel oren gonjreng berjudul Helios sudah
datang tepat jam 06.00. In time, karena kami janjian jam 7. Namun karena
beberes dan sarapan belum usai, tetaplah
kami berangkat tepat pukul 07.00. Malang We come !
Wait,
kenapa ke Malang, tidak langsung menuju Bromo? Yup kami ingin petik apel dulu
dan penasaran ingin berwisata ke Museum Angkut. Recommended kata teman-teman yang sudah berkunjung.
Menempuh perjalanan sekitar 3 jam kami
sampai ke Batu, Malang untuk menikmati wisata petik apel di kebun warga.
Kenyang Apel Malang yang rasanya manis asem.Segeeeerrr. Tiket masuk 20.000, gratis makan apel dan minum sari apel sampai kembung
di lokasi. Jika ingin bawa pulang bayar dikasir Rp.20.000/kg. Mahal ! karena di
pinggir jalan harga apel hanya Rp.15.000/kg, itupun apel dengan size yang
besar. Tapi udah kadung beli 5 kg sayaaaah.
Selanjutnya Museum Angkut, tiket masuk
(terusan museum topeng)Rp.90.000 kala weekend sedang hari biasa Rp.75.000.
Harga anak dengan tinggi tubuh lebih dari 80cm dihitung seperti orang dewasa.
Mengunjungi museum angkut sebaiknya
seharian dari pagi sampai sore,karena areanya sangat luas yaitu 3,7 hektar. Koleksi
alat angkut pun sangat banyak mulai dari
sepeda, sepeda motor, mobil dari jaman
dahulu hingga kini dengan setting dari
berbagai Negara Amerika dan Eropa. Suasana dibangun mirip sebuah jalanan di
kota-kota luar negeri. Keren, keren, kerrren. Sayangnya balita saya, Keenan 4
tahun, tidak bisa diam, lari kesana kemari. Jadilah belum selesai menikmati
tiap jenis moda, tangan sudah ditarik-tarik.Hadeuuuh. Bahkan adegan photo gaya
pun amat sedikit karena kalau kelamaan Keenan akan menghilang dari pandangan
mata. Bahayyyaaa.
Komplek Museum angkut juga dilengkapi
dengan foodcourt yang memadai, jangan
khawatir kelaparan saat asyik selfie.
Perjalanan penting selanjutnya menuju
Bromo. Pukul 16.30 rombongan berangkat menuju Probolinggo disertai gerimis yang
cukup membuat menggigil. Setelah mampir makan malam Warung Ndeso Probolinggo,
pukul 21.30 sampai juga di Hotel Yochy. Arsitekturnya mencontek konsep rumah
Bali. Etnik. Sayang, kebersihan kamar
nilai 6!
Jam 03.00 kami semua sudah nangkring dalam jeep bersiap menuju Bromo, termasuk balitaku, Keenan yang bertanya," Kenapa
kita pergi malam-malam, Bunda".
Harga sewa jeep kapasitas 5 orang Rp.550.000 s/d
Rp.700.000 tergantung dimana lokasi hotel. Dalam perjalanan menuju Gunung Penanjakan 1, sekitar
2 km, traffic cukup padat. Iya, ternyata pengunjung banyak sekali. Namun driver
jeep meyakinkan sepadat ini 45 menit cukup untuk sampai Puncak Panajakan, Hot Spot setinggi 2770 mdpl, untuk
melihat sunrise Gunung Bromo dengan
fenomena negeri di atas awan. Subhanallah,
luar biasa indah memang. Semburat merah sinar matahari menerangi deretan Gunung
Batok ,Gunung Bromo dengan kaldera sangat luas dan Gunung Semeru.
Setelah puas menikmati sunrise, selanjutnya
menuju kawah Gunung Bromo dan Pasir Berbisik.
Gunung Bromo berada di kawasan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru. Ketinggian Gunung Bromo 2329 mdpl.
Lautan manusia, lautan pasir, lautan
kuda, lautan jeep. Ada 450 jeep dan 400 kuda. Saat turun dari jeep penunggang
kuda akan menawari dengan harga tertinggi 120ribu sampai bawah tangga. Saya
memilih, tidak, nanti saja. Sudah punya senjata, naik kudanya nanti saja. Dan
benar sampai di batas datar menuju tangga, sawa tawar naik kuda hanya 75ribu
bolak balik .Yeayy emak hemat.!
Melewati tiket menuju kawah Bromo terpasang
spanduk peringatan “sejak 1 November
2015 ,status waspada. Radius aman 1km.
Dan benar saja, saat mendaki 249 anak tangga menuju kawah, Keenan
yang sudah semangat melangkahi tangga demi tangga menjadi kecewa, karena saya memutuskan segera balik
badan, menuruni tangga di sisi kanan. Asap berbau belerang menyengat sungguh mengkhawatirkan.
Nanggung memang, turun di 2/3 tangga
atas. (Hitungan Keenan kami berhenti di anak tangga 80, musti belajar berhitung
lagi dia hehe). Toh saya tak mau bertaruh keselamatan saya, suami dan anak saya. Beberapa
orang yang berpapasan juga menyarankan hal yang sama. “Kasihan adiknya, Bu.”
Skenario buruknya, anak balita tidak
cukup kuat dan bisa memilih kapan lari turun karena sekedar memakai masker
penutup hidung dan sarung tangan saja
Keenan tidak mau.
Sementara kawan-kawan lain tetap melanjutkan
sampai atas. Selfie sebentar dan bersegera turun.
Perjalanan berlanjut ke kawasan lautan Pasir Berbisik. Lokasi ini berupa hamparan
pasir maha luas. Sebelumnya kawasan ini tak bernama sampai kemudian sutradara
Garin Nugrono menemukan lokasi ini untuk syuting film ‘Pasir Berbisik’, maka
kondanglah wilayah ini hingga mancanegara. Sejatinya saya tidak mendengar bisikan pasir yang
teriup angin, namun Keenan sangat menikmati bermain pasir sementara saya dan
teman-teman tetap pose !
Dan sungguh tepat pilihan saya dan
teman-teman berpiknik di hari Minggu, 8 November 2015. Karena lima hari kemudian
status Gunung Bromo naik ke Siaga II. Dan hari ini, 12 Desember 2015, gempa
tremor semakin sering terjadi, hujan abu mengarah ke barat daya sampai radius
5 km
Alhamdulilah, kesana disaat yang tepat.