Skip to main content

Posts

Doing Outside the Box

Melakukan hal yang tidak biasa dilakukan. Bukan tentang comfort zone , tapi memperjuangkan passion yang dulu tak terpikir untuk direalisasikan.Doing Outside The Box. Masuk dalam komunitas Sekolah Perempuan semakin menjerumuskan saya kedalam berbagai grup di FB maupun WA yang di penuhi dengan emak-emak berisik yang  luarbiasa semangatnya meng-empower dirinya sendiri untuk maju menuju sukses. Salah satu grup WA yang saya ikut TNB 1 (Tips Nulis dan Bisnis 1) yang digawangi mbak Diah Octavia. Grup ini sangat aktif, buka chat dari 09.00pagi hingga jam 09.00 malam penuh dengan obrolan emak-emak dari curhat bisnis, ngomongin makanan, janjian kopdar, promo Indscript training dan yang paling jempolan sharing kisah sukses dari para pebisnis baik yang sudah lama menikmati keberhasilan maupun yang belum genap setahun ikut PSC (Private Sales Coaching) dan berhasil melesatkan omset bisnisnya hingga  4 bahkan 10 kali lipat. Salah satu sharing yang menarik adalah milik Teh Endah Dwianti

Perempuan h3bat itu,Ibuku:-)

Ibu (saya memanggilnya Mak’e) , merupakan  perempuan dengan label ibu rumah tangga tulen. Bapak adalah pencari nafkah utama,sedang ibu adalah pengelola rumah tangga dan mendampingi kehidupan kami, lima orang anak. Bapak dinas di Bek-Ang, bukan level perwira namun alhamdulillah tidak membuat kami hidup kekurangan. Secukupnya saja, namun masih bisa piknik tiap hari Minggu. Iya hampir tiap Minggu pagi Bapak akan mengajak saya dan kakak laki-laki saya ke peternakan sapi dekat rumah kemudian pulang membawa sebotol susu sapi mentah dan sepotong besar daging sapi, atau kami akan pergi ke Taman Kyai Langgeng, berenang, atau kami akan ke Candi Borobudur, atau kami akan ke Candi  Mendut. Ibu sedemikian pintar mengatur keuangan keluarga dengan gaji pensiun Bapak yang hanya lima digit namun  mampu menyekolahkan 3 dari 5 anaknya hingga sarjana. Jika saya  mengenang masa  itu, saya namakan ' masa hidup sederhana'. Padahal saat dulu menjalani, biasa saja.  Biasa saja jika uang saku

BPJS Bikin Baper #Part Two

Setelah dua kali periksa ke Bu Dokter cantik, linu gigi geraham Ayah sudah berkurang. Siap-siap cabut gigi, yeayyy. Saya tahu Ayah grogi, badan segede Captain Amerika tapi mental kalah kala disuruh duduk di kursi khusus pasien gigi. Tueng tueng .. Memang dasar cerita BPJS ini menjadi serial. Bu Dokter tidak sanggup mencabut gigi geraham bungsu yang tinggal secuil itu. Katanya  karena sisa gigi sedikit, sedang akar gigi masih banyak dan posisi miring mengarah ke pipi. Parahnya gigi geraham bagian depan pun tertumbuk sehingga harus dicabut bersamaan. Waaww cabut satu gratis satu haha. Iya cabut dua gigi sekaligus, dan ini  sudah masuk ranah operasi kecil yang harus dilaksanakan di Rumah  Sakit. Oke, hari Kamis pun dipilih, pagi hari Ayah rontgen ke Lab , langsung daftar ke Rumah Sakit atas rujukan Bu Dokter cantik. Pukul 13.00 Ayah disarankan langsung masuk kamar untuk observasi. Operasi baru dilaksanakan jam 17.00 dan selesai 17.30. Lancar !! Eaaa.. Tapi  walaupun  tergolong oper

Perempuan Hebat Itu, Ibuku

Ibu ( saya memanggilnya Mak’e), merupakan  perempuan  dengan label  ibu rumah tangga tulen. Bapak adalah pencari kerja utama,sedang ibu adalah Menter I Dalam Negeri sekaligus Menteri Keuangan  yang sedemikian jago mengatur gaji  Bapak untuk kehidupan kami, lima orang anak. Bapak dinas di Bek-Ang, bukan level perwira,  namun alhamdulillah tidak membuat kami hidup kekurangan. Secukupnya saja, namun masih bisa piknik tiap hari Minggu. Iya hampir tiap Minggu pagi Bapak akan mengajak saya dan kakak laki-laki saya ke peternakan sapi dekat rumah kemudian pulang membawa sebotol susu sapi mentah dan sepotong besar daging sapi, atau kami akan pergi ke Taman Kyai Langgeng, berenang, atau kami akan ke Borobudur,atau kami akan ke Candi  Mendut. Ibu sedemikian pintar mengatur keuangan keluarga dengan gaji pensiun Bapak yang hanya lima digit namun  mampu menyekolahkan 3 dari 5 anaknya hingga sarjana. Jika saya  mengenang masa  itu, saya namakan  masa hidup sederhana. Padahal saat dulu menjalani,

Kangen Bapak

Bapak  ( Pak’e) adalah  pahlawan saya. Bapak yang mengajarkan saya disipilin, tanggung jawab dan percaya diri. Salah satu ajaran beliau yang saya ingat dan saya gunakan hingga kini, “ Jika sedang berbicara dengan orang lain, jangan menunduk, tatap mata lawan bicara. Karena jika menunduk berarti tidak percaya diri bahkan dianggap tidak menghargai”. Nasihat tersebut disampaikan menjelang keberangkatan saya ke lomba Matematika tingkat propinsi di Semarang, SMP kelas 2. Itu memang pertama kalinya saya ikut lomba hingga propinsi, biasanya hanya berhenti sampai tingkat kabupaten. Bapak tidak galak, namun tegas dan disiplin. Bapak memberikan kepercayaan penuh kepada saya untuk memilih. Ketika lulus SMP beliau pernah menyampaikan agar saya meneruskan  SPK (Sekolah Perawat Kesehatan). Nyatanya ketika saya mendaftar ke SMU Negeri, beliau tetap mengiyakan. Pun ketika lulus SMU saya sudah terdaftar di Akbid (akademi kebidanan) Semarang, sekali lagi Bapak tidak melarang saat saya memilih kuliah

BPJS Bikin Baper #Part One

Memaksimalkan Manfaatnya BPJS Kesehatan Tiga lembar kartu BPJS saya terima minggu lalu. What? Hanya berupa lembaran nih? Saya pikir kartu BPJS seperti kartu NPWP selayak kartu ATM BANK. Well, kata mas petugas bentuk kartu BPJS sekarang begini, yang begitu –tebal magnetic- untuk peserta Jamkesmas. Voilaa..!Baiklah yang penting fungsinya, yang tercantum padai Nomor  Kepesertaan. Dua hari kemudian, suami mencoba periksa ke dokter gigi. Betul, gratis ! Ndeso saya. Esok sorenya gantian saya yang periksa ke dokter gigi, untuk tambal gigi. Sayang nya si kecil tidak mau. Loh kok jadi sekeluarga ke dokter gigi. Iya, dokter gigi inilah alasan saya mendaftar BPJS secara mandiri setelah pihak kantor  tak ada kepastian kapan asuransi kesehatan aktif. Hanya BPJS Ketenagakerjaan yang sudah terdaftar, begitu cerita staf SDI kantor. Sengaja memilih kelas II karena tariff lebih murah dan masih memungkinkan naik kelas  rawat inap di Rumah Sakit. Ceritanya dua tahun lalu gigi saya bermasalah. Ada

Mengenalkan baca tulis

KEENAN ON THE GO Dahulu  saya sering membaca koran atau majalah dengan suara keras disamping bayi Keenan. Entahlah apa yang didengar dan diketahuinya, ketika mulut saya bergerak dan intonasi suara berubah-ubah, maka bayi Keenan juga ikut mengoceh. Genap usia satu tahun saya belikan buku bantal, dengan maksud belajar mengenal gambar dan huruf. Terlalu dini ya? Hahaha emang emaknya aja yang nepsong. Usia dua tahun buku gambar dan crayon jadi mainan andalan diluar mobil-mobilan dan truk. Lebih tepatnya crayon, buku gambar kurang laku pada saat itu. Maka tembok rumah pun penuh hasta karya naturalisnya. Baru saat usia tiga tahun, nafsu menggambar di tembok sudah jauh berkurang. Sasaran berikutnya buku gambar, buku tulis dan semua jenis kertas yang ada. Boros memang, buku gambar isi 10 lembar akan habis kurang dari 5 menit karena yang digambar atau ditulis dalam font teramat besar,serasa Arial 36. Hingga usianya  4,5 tahun , rasanya sudah 7 kali saya membelikan crayon dan lebih dari d

Jadi Orang Tua Tidak Ada Sekolahnya

SEMINAR  PARENTING KBIT PERMATA HATI 28 NOVEMBER 2015 Mengikuti seminar parenting yang dimotori FKOMG KBIT PERMATA HATI BATANG Lokasi pendopo kabupaten Jadi ingat ingin membuat Seminar ASI, kelak disini tempatnya. Inden aaah. "Bu, anak saya aktif sekali, tidak bisa diam." "Usia berapa?" " 5 tahun." "Wajaar, Bu. Kalau usia  8 tahun masih tidak bisa diam, baru memerlukan observasi." Iya, anak usia belum sekolah , kurang dari 6 tahun, adalah wajar berlarian aktif kesana kemari. Energi anak usia balita memang luarbiasa dan harus dikeluarkan. Itu kenapa sekolah PAUD dan TK ada metode PAGI CERIA. Yaitu metode bernyanyi, bermain dan  berlari pagi hari dari jam 8- 9, sebelum aktivitas belajar dimulai. Gunanya untuk mengeluarkan semua energi anak sembari menstimulasi gerakan motorik. Naah pada jam belajarnya yaitu jam 9, anak sudah merasa lelah dan bisa duduk tenang. Baru tahu ! Metode pendidikan yang efektif : 1.       Pend

RITUAL SENIN MALAM

Senin semangaaaat, iya kerja hari Senin biasanya rada malas menggerakkan kaki melangkah menuju kantor (naik motor ), kali ini semangat. Why? Karena malam hari ba'da isya ada Webinar Sekolah Perempuan Gelombang 10. Kalau minggu lalu masih setengah apriori , apasih yang akan disajikan para mentor secara mereka bukanlah penulis favorit saya. Peace Cik Gu hehhee. Tapi….semua berubah pasca webinar perdana tanggal 9 November ituuh barengan mbak Indari Mastuti lanjut 11 November bareng mbak Anna Farida. Banyak ilmu yang didapat. Pun sharing dengan teman-teman  yang sebagian berprofesi sebagai emak-emak rempong macam sayaah. Wait, ternyata beberapa teman SP10 udah ada yang menerbitkan buku .Wooww .Saya ? Tutup muka! Mulai bongkar file-file lama. Mana tahu bisa kayak Dee bikin Filosofi  Kopi atau Rectoverso  yang merupakan hasil kompilasi cerita dari masa lalu dan kini. Dooorr !! Banguun! Iyap. Senin malam pukul 19.30 sudah mulai prepare meja (setrikaan) buat alat meletakkan lapt

Sekolah Perempuan 10 part 1

Senin, 9 November 2015 Sekolah Perempuan edisi perdana dimulai tepat 20.00. Sempat ingin absen karena badan masih pegal-pegal plus ngantuk sisa dari Weekend Fun Trip Batu-Bromo. Kata suami ijin aja tidak masuk sekolah, hahahha. Thus laptop mulai saya nyalakan sejak 19.30 sekalian ngecek jaringan internet. Kali ini pakai Indosat Mentari harga 35ribu kuota 3 G (tulisannya begitu, entah senyatanya). Ketika digunakan untuk ujicoba webinar Minggu lalu, lancar banget sih. Masih marahan dengan Three karena 2 minggu terakhir lemot sangat. Padahal harga kartu perdananya semakin mahiiil. Pukul 20.00 tepat Teh Indari Mastuti memulai sesi webinar dengan menampilkan beberapa slide. 15 menit berlalu berjalan lancar, ketika di live chat beberapa kawan mengeluh  tidak mendengar suara Teh Indari, saya masih santan. Nyala kok disini. Jelang menit ke 20, mulai suara ada dan tiada. Bahkan jaringan terputus dari server berkali-kali. Fiuuuhhh. Perjuangan sungguh. Jadilah menyimak livechat dengan sesek

Sekolah Perempuan

Besok 2 November 2015 adalah running perdana Sekolah Perempuan.  Entah kenapa saya sebegitu semangat ikut kegiatan itu. Pake bayar pulak. Lumayan untuk ukuran emak-emak macam saya. Lumayan mahall. Tetapi saya berani 'bertaruh' ini. Maksudnya investasi ilmu. Alhamdulillah pas ada rejeki yang tidak masuk pos belanja bulanan. Jadi tidak mengganggu menu makan bulanan hahhah. Palingan, belum jadi beli anting-anting baru !!! Yes, setelah lebih dari 2 tahun atau malah 4 tahun ya, absen aktif di facebook, kini mulai rajin buka-buka lagi. Tidak selalu update status laah, masa-maa itu sudah lewat. Masa muda , saat narsis masih meraja, sekarang sedikit insyaf, maklum suami tidak punya mental senarsis saya. Facebook nyaris saya tutup karena menurut saya semakin banyak berisi hala-hal yang kurang bermanfaat, sharin artikel yang justru menjerumuskan atau sekedar curhat tidak jelas. Kemudian saya menemukan beberapa grup di facebook yang cukup menarik, kemudian berkenalan dengan orang-orang

JANJI HATI

Wihiiiiy tersentil minggu lalu  dapat ebook tentang time management,hasil dari join emak-emak IIDN (Ibu Ibu Doyan Nulis) di grup facebook. Disuruh nulis 100 kegiatan rutin tiap hari dari bangun tidur sampai tidur lagi.Poinnya dari sekian banyak kesibukan, pasti ada pekerjaan yang bisa dijadikan satu seperti memasak, mencuci, bermain bersama anak. Well en toh saya belum menulis runut kegiatan harian 100 biji ituuuh, sudah langsung keinget saja...Diniati IKHLAS.Iya kenapa jadi ikhlas ya......... Begini , sejak keluarga kecil kami menetap di rumah sendiri (bukan nebeng mertua lagi). Ada pembagian tugas pekerjaan domestik antara saya dan suami. Namun tetap saja saya merasa bagian saya lebih banyak ketimbang suami. Bagaimana tidak. Bangun tidur kala shubuh langsung sholat , masak, bangunin si kecil,mandikan si kecil, suapin si kecil. Si Ayah? Bangun bangun tidur sholat, nonnton TV !mepet jam baru mandi dan sarapan. Begitu pula pulang kerja, sampai rumah beberes dapur, masak atau minimal

Ibuk dosen

Ini cerita pengen ditulis dari 2 minggu lalu, hanya karena pasca long weekend malah tepar huhuhu tidak asyik samsek!!! Iyah ini cerita tentang saudara yang berprofesi sebagai Dosen-suami istri. Dengan 2 anak usia SD kehidupan mereka serasa lengkap.Materi cukup , anak laki perempuan rentang 3 tahun. Sang suami sedang berjuang meraih Doktor di bidang teknik pertambangan, si istri sedang mengejar naik jabatan. Cerita menjadi menarik sekitar 2 bulan lalu, mereka tiba-tiba berkunjung ke rumah. Mengahabiskan weekend di rumah dengan bermalasan. Si istri terutama. Dia mengeluh alasan tiba-tiba datang karena dia merasa sangat cape dengan segala rutinitas. Bangun pagi, antar anak, ngajar, jemput anak les, jemput anak lagi , les lagi, pulang. Begitu setiap hari sementara suami nyaris tak banyak membantu dnegan kesibukan di laboratorium. Saat iru saya hanya tersenyum, rasanya saat itu juga saya pengen bilang ke suami saya ' tuh dengerin mbak.. bla..bla..istri bekerja dengan tetap konsentras