Skip to main content

Posts

Semangat Jumat

Saat adzan shubuh berkumandang, menu sarapan pagi sudah terhidang di meja. Nasi  hangat, bihun goreng sawi , telur dadar , tempe goreng dan bandeng presto. Ritual selanjutnya mandi dan sholat Shubuh. Jika biasanya jam 07.00 pagi saya baru siap berangkat kantor, pagi itu jam 05.00 saya sudah duduk menunggu driver kantor menjemput. Bisnis trip kali ini dari pantura menuju arah selatan yaitu kota #Magelang dan #Jogjakarta. Walaupun hanya 5 tahun bermukim di Jogjakarta saya lebih familiar dengan kotanya ketimbang  kota Magelang yang pernah saya huni hampir 10 tahun. Pasti karena tinggal di Magelang saat saya masih kanak-kanak sehingga belum ada minat jeng-jeng sana-sini. Paling ngehits hanya beredar di Taman Kyai Langgeng saja. Di Magelang hanya mampir sebentar  melihat lokasi daerah Danurejo dan perjalanan lanjut ke Jogjakarta. Disana saya bertemu perempuan hebat yang berbisnis kuliner SATE, makanan khas orang Indonesia yang melegenda.  Usaha ini sudah ditekuni sejak tahun 1970an.

Gambar Muka

Kemarin sore  pak Bos tiba-tiba menelpon. “…………….bagus “ suara dari seberang laut. “Gimana , Pak, tidak jelas.” “ DP mu itu lo, ORANG KUAT TAHAN MARAH. Seharian ini saya marah-marah soalnya.” Saya nyengir.Haha, pak bos kepoin DP BBM saiyah. Ga enak berteman dengan bos gini dah. Apa yang ada di hati tidak bisa sembarang pasang status. Kan malu pasang status galau hihi. Cuma, memang sejak mempunya buntut, saya termasuk arif dalam memasang status baik di Display Picture (DP)BBM, WA ataupun Facebook. Kenapa ? Inget umur hahaha.  Begini, saya juga selfiegenik. Tidak bisa melihat spot kinclong sedikit pengennya  senyum klik sana sini. Mall, area pameran, apalagi memang tempat wisata hadeuuh WAJIB. Dan langsung posting up , up, up. Bahan nyombongin ke orang-orang yang belum pernah kesana. Ya kan @marisa perdani J Mojok di Grand Indonesia atau stalking depan stan Inacraft. Lima tahun terakhir hobi itu semakin berkurang, apalagi posting narsis. Mending posting senyum anak. 

MENABUNG DINAR EMAS DULU, BERANGKAT UMRAH KEMUDIAN

Masih ingat konsep pengaturan keuangan 10-20-30-40 kan ya J 10% dari gaji untuk  TABUNGAN (lallallaaaaa…) 20% dari gaji untuk biaya HOBI dan sosial (beli baju,travelling ,wisata kuliner , kondangan ) 30% dari gaji untuk bayar HUTANG termasuk kartu kredit  ( ambil kalkulator) 40 % dari gaji untuk HIDUP sehari-hari  (what ? ga cukup dong !) Nah mau bahas yang  poin 1 nih, TABUNGAN. Jika dahulu definisi menabung adalah menyisihkan uang , saat ini menabung sudah menjadi kewajiban. Lebih jauh lagi dengan sebutan investasi. Rasanya pameo dipikir sambil jalan , sudah tidak relevan di era digital kini. Bermimpi, berencana, dan eksekusi. Anda ingin punya rumah, harus punya tabungan untuk bayar uang muka dong. Anda ingin liburan,  siapkan tabungan travelling dulu dong. Jangan terlampau ringan tangan dengan sedikit –sedikit ada kebutuhan maka langsung gesek kartu kredit. Jika itu Anda lakukan, selamat menempuh jalan penuh lumpur yang akan membuat Anda  terjerembab. # Sudah pu

Drama pagi cerah

Alarm pukul 3.31 tidak berhasil membangunkan saya, namun belum alarm kedua 4.30 berbunyi  mata saya sudah melebar. Teringat cucian piring yang semalam tidak tersentuh gegara kepala sedemikian berat.  Tak ada alasan untuk  bersantai. Tepat pukul 06.oo, sarapan sudah siap. Saya pun sudah mandi. Menengok kamar depan yang kosong saya pikir Keenan diajak pergi si Ayah, karena rumah kecil kami memang memungkinkan melihat semua aktivitas dimanapun berada.  Dari rengekannya ,s aya tahu bakda shubuh si Ayah membangunkan Keenan.  Keenan belum bisa langsung terbangun, biasanya masih malas-malasan. Ketika suasana hening, terpikir mereka pergi jalan-jalan. Tanpa menengok saya lanjutkan beberes dapur. Pukul 06.15, Ayah dan Keenan belum juga nampak pulang. Tengok kanan kiri ke halaman depan dan samping juga tak terlihat. Maka sayapun mulai sebal. Si Ayah suka gitu, ngajak jalan anak sampai siang , nanti kan jadi keburu berangkat sekolahnya. 06.30 keduanya belum juga terlihat, maka saya tengok k

I’M MOVING and I’M HAPPY

Pindah rumah, pindah kos, packing seru. Saya nikmati semua proses  adaptasi lingkungan baru. Tapi tidak untuk sesi pindah kali itu. Saya harus memilih melanjutkan karir  (yang sepertinya akan gemilang) di kota atau pindah mengikuti domisili calon suami.  Jika saya tetap tinggal  di kota peluang untuk menjadi perempuan berdaya dari sisi materi dan kepuasan ragawi dengan segala macam fasilitas akan tersedia. Jika saya memilih mengikuti keinginan sang calon suami, maka saya harus rela bersepi-sepi di kota pesisir pantai utara  menyaksikan orang memegang canting dan menarikannya di atas sehelai kain panjang.  Tidak akan ada waktu kunjungan ke aneka pameran  megah di JCC atau Kemayoran . Tidak ada lagi jalan-jalan menelusuri kota tua dan duduk termenung di pojokan museum. Tidak ada lagi agenda bangun pagi-terburu-buru- hari Ahad , demi mendapat shaf depan di Masjid Sunda Kelapa. Tidak ada lagi… “Bunda, aku bangun pagi !” Terdengar  suara lelaki kecil  dari arah belakang. Saya

I’M MOVING and I’M HAPPY

Pindah rumah, pindah kos, packing seru. Saya nikmati semua proses  adaptasi lingkungan baru. Tapi tidak untuk sesi pindah kali itu. Saya harus memilih melanjutkan karir  (yang sepertinya akan gemilang) di ibukota tercinta Jakarta atau pindah ke kota kelahiran calon suami yang tidak mudah bukan? Pada saat usia sudah  terbilang matang  untuk menikah  namun panggilan egoisme hati untuk meraih mimpi, passion serupa batu yang menahan langkah saya.  Jika saya tetap tinggal  di Jakarta peluang untuk menjadi perempuan berdaya dari sisi materi dan kepuasan ragawi dengan segala macam fasilitas akan terpenuhi. Menikah ? Entah ada di porsi keberapa. Jika saya memilih mengikuti keinginan sang calon suami, maka saya harus rela bersepi-sepi di kota pesisir pantai utara  menyaksikan orang memegang canting dan menarikannya di atas sehelai kain panjang.  Tidak akan ada waktu kunjungan ke aneka pameran  megah di JCC atau Kemayoran . Tidak ada lagi jalan-jalan menelusuri kota tua dan duduk terme

Peran BEKRAF menaikkan derajat pelaku bisnis UMKM

Mendapatkan flyer acara BEKRAF di Pekalongan justru dari teman di Yogya. Workshop Seri kelas keuangan syariah  bertempat di ballroom Hotel Dafam Pekalongan 13-15 Oktober lalu. Saya diperkenankan hadir mesti tidak bisa full 3 hari. Saya baru tahu ternyata BEKRAF, Badan Ekonomi Kreatif Indonesia,  merupakan lembaga pemerintah  yang fokus pada pembinaan UMKM. BEKRAF  banyak menyelenggarakan kegiatan worshop untuk para pelaku usaha kecil yaitu yang memiliki omset kurang dari Rp.5 Milyar setahun . Berapa biaya ikut workshop tersebut? GRATIS. Bahkan mendapat akomodasi menginap di hotel karena seringkali acara berlangsung hingga larut malam. Para mentor yang berbagi ilmu level nasional , para praktisi yang sudah sukses di bidangnya.  Workshop yang saya ikuti adalah seri KEUANGAN SYARIAH dengan pembicara Liqwina Hananto (CEO QM Financial) , Ano Sajid (CEO INA isdev) , Nukman Luthfie (CEO Jualio.com),  M.B Teguh (pratisi Keuangan)dan Fadjar Hutomo (Deputi Akses Permodalan). Beberapa bu

TUNJUKKAN KEUNGGULAN DARI PADA (SEKEDAR) MENCARI-CARI KELEMAHAN LAWAN

Pilkada DKI memang paling menarik dibahas. Karena semua stasiun TV ada disana maka pemberitaan apapun tentang para pasangan calon jadi konsumsi yang enak, hangat dan empuk. Media sosial bahkan lebih mudah lagi menjangkau hingga titik terjauh. Sedemikian mudah berita kecil menjadi besar, berita sederhana jadi trending topic dan berita ga penthing jadi ulasan tiap hari. Melongok tugas dinas Ahok ke Kepulauan Seribu yang melahirkan kontroversi karena menyentil Surat Al Maidah ayat 51, menandakan begitu mudahnya kita masyarakat sedemikian mudah terbakar oleh isu SARA. Penistaan agama menjadi senjata untuk menyerang Ahok yang sejak lama memang di musuhi. Padahal video lengkap pun belum tentu sudah di tonton. Asal bukan Ahok. Dalam pemikiran sederhana saya : 1. Bahwa benar sebagai muslim jika akan memilih  pemimpin, harus muslim. SEPAKAT. Namun menurut saya ini dalam konteks negara. Dalam hal Indonesia berarti Presiden harus muslim. Sedangkan Ketua RT, Lurah Bupati tidak apa non muslim

PENTINGNYA DANA DARURAT

Apa itu DANA DARURAT  Dana darurat adalah dana yg dialokasikan pada kondisi darurat seperti : kehilangan pekerjaan, sakit parah tak dicover asuransi,kebutuhan keluarga mendesak dll. Dana digunakan agar masih bisa hidup ' layak' saat pendapatan belum normal . Berapa besar DANA DARURAT Lajang -->4x pengeluaran bulanan Menikah -->6 x pengeluaran bulanan Menikah dg 1 anak -->9 x pengeluaran bulanan Menikah dg 2 anak/lebih -->12 x pengeluaran bulanan Wirausaha --> 12 x pengeluaran bulanan Naah dana darurat bisa berupa apa saja? Berupa dana yang likuid, mudah dicairkan seperti tabungan , deposito, dinar emas, atau emas antam. Misal Anda keluarga kecil dengan 1 orang anak. Pendapatan hanya dari suami yang bekerja dengan gaji Rp.5.000.000,- /bulan. Setiap bulan mampu menabung minimal Rp.800.000,- / bulan. Jadi kebutuhan hidupnya berupa makan, bayar sekolah anak, bayar tagihan, bayar KPR dll adalah sebesar Rp.4.200.000,- Maka dana darurat yang dibutuhkan a

BELAJAR MENGATUR KEUANGAN YUK

Mengenal konsep perencanaan keuangan jauh sebelum menikah. Gegara menonton tayangan Aidil Akbar di stasiun TV O Channel medio 2008 tiap pagi jam 07.00 jelang berangkat kantor. Selanjutnya banyak browsing dan menemukan Quantum Magna-nya Ligwina Hananto. Apa sih yang dibahas ? Tentang mengatur keuangan, lebih tepatnya mengatur gaji agar tidak habis dalam 2 minggu  :-) Konsep yang dikenalkan adalah 10-20-30-40. Waah apa itu ? 10% dari gaji untuk TABUNGAN (lallallaaaaa…) 20% dari gaji untuk biaya HOBI dan sosial (beli baju,travelling ,wisata kuliner , kondangan ) 30% dari gaji untuk bayar HUTANG termasuk kartu kredit ( ambil kalkulator) 40 % dari gaji untuk HIDUP sehari-hari (what ? ga cukup dong !) Kenapa musti dibagi seperti itu ? Untuk memudahkan pengaturan uang dan yang lebih puenthing mengerem keinginan macam-macam jika sudah over budjet. Mau pakai model amplop pun tetap bisa dijalankan asal sesuai bagiannya, jangan dilanggar ! Mari coba hitung, berapa gaji Anda ? Misal Rp.5 juta/bul

LAYANAN PURNA JUAL BISNIS ONLINE

Sudah pernah beli baju via online ternyata antara gambar dan kualitas fisik asli barang yang diterima berbeda ? Sudah pernah beli  handphone via online ternyata barang  rusak atau pecah ? Sudah pernah beli kosmetik  via online dan saat dipakai kulit jadi panas ? Apa yang Anda lakukan complain ke seller dan berharap mendapat ganti ? Apakah benar diganti atau justru mendapat komentar ,’Barang yang sudah dibeli tidak bisa kembalikan’. Nyesek ya…. Ini tidak berlaku untuk pebisnis online Endah Dwianti. Muslimah asal Sukabumi ini dengan senang hati secara pribadi melayani keluhan konsumen,menjawab pertanyaan, memberikan solusi bahkan siap mengganti produk  yang tumpah, rusak  karena kesalahan packing atau yang  tidak sesuai keinginan konsumen karena proses formulasi produk belum sempurna. Bagaimana bisa ?  Karena Teh Endah, demikian beliau biasa disapa, menempatkan konsumen dalam kedudukan sejajar. Konsumen adalah mitra, konsumen adalah teman berbagi ilmu, konsumen adalah pelecut seman

BPJS bisa untuk beli kacamata

BPJS PART THREE Sudah pernah  beli kacamata dengan fasilitas BPJS ? Ternyata tidak terlalu rumit, hanya perlu bersabar saja. Setelah lebih dari 4 tahun tidak ganti kacamata, mumpung ada fasilitas BPJS  mari ujicoba pelayanannya. Alur mendapat layanan voucher kacamata via BPJS : Datangi fasilitas kesehatan tingkat pertama (Faskes I)  dimana kita terdaftar. Bisa di Puskesmas, bisa di dokter keluarga. Minta surat rujukan dengan tujuan dokter spesialis mata di Rumah sakit tertentu. Daftar ke Poliklinik Mata dimana Rumah Sakit rujukan tersebut.Nah disinilah era kesabaran di uji. Poli Mata termasuk salah satu tempat favorite, maksudnya antriannya  banyak. Mulai dari periksa mata minus, periksa buta warna untuk mahasiswa baru, periksa mata katarak  dan anak SD yang matanya merah sudah seminggu.          Pemeriksaan mata minus meliputi pemeriksaan  3 tahap yaitu :        a. Periksa mata objektif menggunakan alat periksa mata  computer.        b. Periksa mata manual denga

Saya, yang semakin MENUA

Tahun ajaran baru sekolah segera menjelang. Berbagai kebutuhan anak sekolah membutuhkan dana tidak sedikit. Baju, tas, sepatu, buku yang kalau dituruti kemauan anak, maunya serba baru. Bagaimana dengan uang saku ? Bagi orang tua jaman sekarang rasanya tidak tega ya, membiarkan anak berangkat tanpa dibekali uang saku untuk jajan di sekolah. Padahal , untuk anak usia Sekolah Dasar jika sarapan cukup , masih cukup kuat untuk bertahan tidak makan sampai waktu Dzuhur tiba. Ada baiknya anak dibawakan bekal makanan dan minuman dari rumah. Bisa buatan/masakan sendiri ataupun jajanan mengenyangkan yang kita tahu higienitasnya. Ketimbang jajan di pinggir jalan. Berapa sih uang saku anak SD sekarang ? Berapa sih uang saku anak SMP sekarang ? Berapa sih uang saku anak SMU sekarang ? Berapa biaya bulanan anak kuliah ? Tentu sangat berbeda dengan jaman saya sekolah dulu.  # Mulai berasa tua karena sudah lulus 11 tahun lalu dari bangku kuliah :-p Kelas 4 SD, saya sudah mulai diberi uang sa

APAKAH PEREMPUAN BUTUH TRAINING

Apakah perempuan butuh training ? Menurut saya tidak. Mengapa ? Karena perempuan sudah cukup sibuk dengan kegiatan di luar rumah, mengurus keluarga  dan mengurus anak. Sudah habis waktu untuk ikut training ini itu. Cukuplah ilmu semasa sekolah sampai kuliah. Kalaupun perlu pengetahuan baru, tinggal klik www.google.com. Selesai. Pendapat saya itu serta merta meluruh, ketika suatu waktu log in facebook yang sudah sudah mati suri lebih dari 2 tahun. Saya menemukan iklan Sekolah Perempuan yang diadakan Indscript Training Centre yang menawarkan training dan konseling pembuatan buku selama 3 bulan. What ? Dalam 3 bulan bisa bikin sebuah buku ? Jadi tertarik. Hanya butuh waktu dua minggu untuk kemudian memutuskan ikut. Daaaaan, di Sekolah Perempuan itulah berkenalan dengan perempuan-perempuan hebat lain, para mentor @indari mastuti @ida fauziah @Ana farida @julie Artha dan para peserta yang ternyata memiliki kesibukan luar biasa namun masih sempat untuk berbagi ilmu dan menimba ilmu.

MENJADI PEREMPUAN BERDAYA

Berkenalan dengan orang baru itu menambah ilmu, memperpanjang umur J Bulan lalu berkunjung ke salah satu relasi. Justru tidak bertemu dengan Pak Kaji (sapaan untuk orang yang dihormati dan sudah pergi haji), karena beliau sedang beristirahat. Bertemu dengan istri beliau, Bu Kaji dan salah satu anak, Tante Ve. Menyenangkan sekali berbincang dengan mereka semua dalam kesempatan terpisah. Bu Kaji adalah perempuan berdaya yang mampu menyejajarkan langkah dengan kecepatan lari Pak Kaji. Dahulu mereka hanyalah pemasok batu split dan aspal kepada para kontraktor jalan. Dengan system kepercayaan, mereka mampu mendistribusikan banyak order ke berbagai proyek konstruksi jalan. Setahap demi setahap mereka mampu mandiri dan mendapat proyek sendiri. Bu kaji paham betul hitungan satu unit backhoe akan menghasilkan berapa kubik tanah atau pasir per jam. Berapa biaya yang dikeluarkan per jam. Alat pemecah batu akan menghasilkan berapa kubik batu split. Bahkan beliau juga hafal berapa harga

Doing Outside the Box

Melakukan hal yang tidak biasa dilakukan. Bukan tentang comfort zone , tapi memperjuangkan passion yang dulu tak terpikir untuk direalisasikan.Doing Outside The Box. Masuk dalam komunitas Sekolah Perempuan semakin menjerumuskan saya kedalam berbagai grup di FB maupun WA yang di penuhi dengan emak-emak berisik yang  luarbiasa semangatnya meng-empower dirinya sendiri untuk maju menuju sukses. Salah satu grup WA yang saya ikut TNB 1 (Tips Nulis dan Bisnis 1) yang digawangi mbak Diah Octavia. Grup ini sangat aktif, buka chat dari 09.00pagi hingga jam 09.00 malam penuh dengan obrolan emak-emak dari curhat bisnis, ngomongin makanan, janjian kopdar, promo Indscript training dan yang paling jempolan sharing kisah sukses dari para pebisnis baik yang sudah lama menikmati keberhasilan maupun yang belum genap setahun ikut PSC (Private Sales Coaching) dan berhasil melesatkan omset bisnisnya hingga  4 bahkan 10 kali lipat. Salah satu sharing yang menarik adalah milik Teh Endah Dwianti

Perempuan h3bat itu,Ibuku:-)

Ibu (saya memanggilnya Mak’e) , merupakan  perempuan dengan label ibu rumah tangga tulen. Bapak adalah pencari nafkah utama,sedang ibu adalah pengelola rumah tangga dan mendampingi kehidupan kami, lima orang anak. Bapak dinas di Bek-Ang, bukan level perwira namun alhamdulillah tidak membuat kami hidup kekurangan. Secukupnya saja, namun masih bisa piknik tiap hari Minggu. Iya hampir tiap Minggu pagi Bapak akan mengajak saya dan kakak laki-laki saya ke peternakan sapi dekat rumah kemudian pulang membawa sebotol susu sapi mentah dan sepotong besar daging sapi, atau kami akan pergi ke Taman Kyai Langgeng, berenang, atau kami akan ke Candi Borobudur, atau kami akan ke Candi  Mendut. Ibu sedemikian pintar mengatur keuangan keluarga dengan gaji pensiun Bapak yang hanya lima digit namun  mampu menyekolahkan 3 dari 5 anaknya hingga sarjana. Jika saya  mengenang masa  itu, saya namakan ' masa hidup sederhana'. Padahal saat dulu menjalani, biasa saja.  Biasa saja jika uang saku

BPJS Bikin Baper #Part Two

Setelah dua kali periksa ke Bu Dokter cantik, linu gigi geraham Ayah sudah berkurang. Siap-siap cabut gigi, yeayyy. Saya tahu Ayah grogi, badan segede Captain Amerika tapi mental kalah kala disuruh duduk di kursi khusus pasien gigi. Tueng tueng .. Memang dasar cerita BPJS ini menjadi serial. Bu Dokter tidak sanggup mencabut gigi geraham bungsu yang tinggal secuil itu. Katanya  karena sisa gigi sedikit, sedang akar gigi masih banyak dan posisi miring mengarah ke pipi. Parahnya gigi geraham bagian depan pun tertumbuk sehingga harus dicabut bersamaan. Waaww cabut satu gratis satu haha. Iya cabut dua gigi sekaligus, dan ini  sudah masuk ranah operasi kecil yang harus dilaksanakan di Rumah  Sakit. Oke, hari Kamis pun dipilih, pagi hari Ayah rontgen ke Lab , langsung daftar ke Rumah Sakit atas rujukan Bu Dokter cantik. Pukul 13.00 Ayah disarankan langsung masuk kamar untuk observasi. Operasi baru dilaksanakan jam 17.00 dan selesai 17.30. Lancar !! Eaaa.. Tapi  walaupun  tergolong oper

Perempuan Hebat Itu, Ibuku

Ibu ( saya memanggilnya Mak’e), merupakan  perempuan  dengan label  ibu rumah tangga tulen. Bapak adalah pencari kerja utama,sedang ibu adalah Menter I Dalam Negeri sekaligus Menteri Keuangan  yang sedemikian jago mengatur gaji  Bapak untuk kehidupan kami, lima orang anak. Bapak dinas di Bek-Ang, bukan level perwira,  namun alhamdulillah tidak membuat kami hidup kekurangan. Secukupnya saja, namun masih bisa piknik tiap hari Minggu. Iya hampir tiap Minggu pagi Bapak akan mengajak saya dan kakak laki-laki saya ke peternakan sapi dekat rumah kemudian pulang membawa sebotol susu sapi mentah dan sepotong besar daging sapi, atau kami akan pergi ke Taman Kyai Langgeng, berenang, atau kami akan ke Borobudur,atau kami akan ke Candi  Mendut. Ibu sedemikian pintar mengatur keuangan keluarga dengan gaji pensiun Bapak yang hanya lima digit namun  mampu menyekolahkan 3 dari 5 anaknya hingga sarjana. Jika saya  mengenang masa  itu, saya namakan  masa hidup sederhana. Padahal saat dulu menjalani,

Kangen Bapak

Bapak  ( Pak’e) adalah  pahlawan saya. Bapak yang mengajarkan saya disipilin, tanggung jawab dan percaya diri. Salah satu ajaran beliau yang saya ingat dan saya gunakan hingga kini, “ Jika sedang berbicara dengan orang lain, jangan menunduk, tatap mata lawan bicara. Karena jika menunduk berarti tidak percaya diri bahkan dianggap tidak menghargai”. Nasihat tersebut disampaikan menjelang keberangkatan saya ke lomba Matematika tingkat propinsi di Semarang, SMP kelas 2. Itu memang pertama kalinya saya ikut lomba hingga propinsi, biasanya hanya berhenti sampai tingkat kabupaten. Bapak tidak galak, namun tegas dan disiplin. Bapak memberikan kepercayaan penuh kepada saya untuk memilih. Ketika lulus SMP beliau pernah menyampaikan agar saya meneruskan  SPK (Sekolah Perawat Kesehatan). Nyatanya ketika saya mendaftar ke SMU Negeri, beliau tetap mengiyakan. Pun ketika lulus SMU saya sudah terdaftar di Akbid (akademi kebidanan) Semarang, sekali lagi Bapak tidak melarang saat saya memilih kuliah