Bahwa dengan membaca buku bisa membuka wawasan , saya percaya itu. Dua minggu lalu saya menemukan Ganti Hati-nya Dahlan Iskan seharga sepuluh ribu rupiah only diantara tumpukan Gramedia Fair. Seperti kebetulan yang indah, karena baru saja terprovokasi mencari buku-buku karya Dahlan Iskan setelah membaca salah satu tulisan dalam buku Karya Literasi Kotomono Ehaka . Sebagai sesama wartawan, Ehaka (alm) paham betul bahwa bahwa Dahlan Iskan adalah sedikit dari pemilik media yang BISA nulis. Saat dulu membeli buku Anak Singkong-nya Chaerul Tanjung, sebelum ada stempel bestseller , saya baru tahu, bahwa bisnis konglomerasinya bukan karena keturunan. Begitupun dengan Dahlan Iskan. Lahir dan besar di desa pelosok Surabaya dengan segala keterbatasan tidak membuat mimpinya sederhana. Menikmati kemiskinan yang struktural, begitu salah satu ungkapan dalam buku Ganti Hati. Sejak menjadi wartawan Tempo hingga mengakuisisi sebuah media yang hampir bangkrut di Surabaya , disiplin tin