Pindah rumah, pindah kos, packing seru. Saya nikmati semua proses adaptasi lingkungan baru. Tapi tidak untuk sesi pindah kali itu. Saya harus memilih melanjutkan karir (yang sepertinya akan gemilang) di ibukota tercinta Jakarta atau pindah ke kota kelahiran calon suami yang tidak mudah bukan? Pada saat usia sudah terbilang matang untuk menikah namun panggilan egoisme hati untuk meraih mimpi, passion serupa batu yang menahan langkah saya. Jika saya tetap tinggal di Jakarta peluang untuk menjadi perempuan berdaya dari sisi materi dan kepuasan ragawi dengan segala macam fasilitas akan terpenuhi. Menikah ? Entah ada di porsi keberapa. Jika saya memilih mengikuti keinginan sang calon suami, maka saya harus rela bersepi-sepi di kota pesisir pantai utara menyaksikan orang memegang canting dan menarikannya di atas sehelai kain panjang. Tidak akan ada waktu kunjungan ke aneka pameran megah di JCC atau Kemayoran . Tidak ada lagi jalan-jalan menelusuri kota tua dan duduk terme