Skip to main content

Posts

BPJS bisa untuk beli kacamata

BPJS PART THREE Sudah pernah  beli kacamata dengan fasilitas BPJS ? Ternyata tidak terlalu rumit, hanya perlu bersabar saja. Setelah lebih dari 4 tahun tidak ganti kacamata, mumpung ada fasilitas BPJS  mari ujicoba pelayanannya. Alur mendapat layanan voucher kacamata via BPJS : Datangi fasilitas kesehatan tingkat pertama (Faskes I)  dimana kita terdaftar. Bisa di Puskesmas, bisa di dokter keluarga. Minta surat rujukan dengan tujuan dokter spesialis mata di Rumah sakit tertentu. Daftar ke Poliklinik Mata dimana Rumah Sakit rujukan tersebut.Nah disinilah era kesabaran di uji. Poli Mata termasuk salah satu tempat favorite, maksudnya antriannya  banyak. Mulai dari periksa mata minus, periksa buta warna untuk mahasiswa baru, periksa mata katarak  dan anak SD yang matanya merah sudah seminggu.          Pemeriksaan mata minus meliputi pemeriksaan  3 tahap yaitu :        a. Periksa mata objektif menggunakan alat periksa mata  computer.        b. Periksa mata manual denga

Saya, yang semakin MENUA

Tahun ajaran baru sekolah segera menjelang. Berbagai kebutuhan anak sekolah membutuhkan dana tidak sedikit. Baju, tas, sepatu, buku yang kalau dituruti kemauan anak, maunya serba baru. Bagaimana dengan uang saku ? Bagi orang tua jaman sekarang rasanya tidak tega ya, membiarkan anak berangkat tanpa dibekali uang saku untuk jajan di sekolah. Padahal , untuk anak usia Sekolah Dasar jika sarapan cukup , masih cukup kuat untuk bertahan tidak makan sampai waktu Dzuhur tiba. Ada baiknya anak dibawakan bekal makanan dan minuman dari rumah. Bisa buatan/masakan sendiri ataupun jajanan mengenyangkan yang kita tahu higienitasnya. Ketimbang jajan di pinggir jalan. Berapa sih uang saku anak SD sekarang ? Berapa sih uang saku anak SMP sekarang ? Berapa sih uang saku anak SMU sekarang ? Berapa biaya bulanan anak kuliah ? Tentu sangat berbeda dengan jaman saya sekolah dulu.  # Mulai berasa tua karena sudah lulus 11 tahun lalu dari bangku kuliah :-p Kelas 4 SD, saya sudah mulai diberi uang sa

APAKAH PEREMPUAN BUTUH TRAINING

Apakah perempuan butuh training ? Menurut saya tidak. Mengapa ? Karena perempuan sudah cukup sibuk dengan kegiatan di luar rumah, mengurus keluarga  dan mengurus anak. Sudah habis waktu untuk ikut training ini itu. Cukuplah ilmu semasa sekolah sampai kuliah. Kalaupun perlu pengetahuan baru, tinggal klik www.google.com. Selesai. Pendapat saya itu serta merta meluruh, ketika suatu waktu log in facebook yang sudah sudah mati suri lebih dari 2 tahun. Saya menemukan iklan Sekolah Perempuan yang diadakan Indscript Training Centre yang menawarkan training dan konseling pembuatan buku selama 3 bulan. What ? Dalam 3 bulan bisa bikin sebuah buku ? Jadi tertarik. Hanya butuh waktu dua minggu untuk kemudian memutuskan ikut. Daaaaan, di Sekolah Perempuan itulah berkenalan dengan perempuan-perempuan hebat lain, para mentor @indari mastuti @ida fauziah @Ana farida @julie Artha dan para peserta yang ternyata memiliki kesibukan luar biasa namun masih sempat untuk berbagi ilmu dan menimba ilmu.

MENJADI PEREMPUAN BERDAYA

Berkenalan dengan orang baru itu menambah ilmu, memperpanjang umur J Bulan lalu berkunjung ke salah satu relasi. Justru tidak bertemu dengan Pak Kaji (sapaan untuk orang yang dihormati dan sudah pergi haji), karena beliau sedang beristirahat. Bertemu dengan istri beliau, Bu Kaji dan salah satu anak, Tante Ve. Menyenangkan sekali berbincang dengan mereka semua dalam kesempatan terpisah. Bu Kaji adalah perempuan berdaya yang mampu menyejajarkan langkah dengan kecepatan lari Pak Kaji. Dahulu mereka hanyalah pemasok batu split dan aspal kepada para kontraktor jalan. Dengan system kepercayaan, mereka mampu mendistribusikan banyak order ke berbagai proyek konstruksi jalan. Setahap demi setahap mereka mampu mandiri dan mendapat proyek sendiri. Bu kaji paham betul hitungan satu unit backhoe akan menghasilkan berapa kubik tanah atau pasir per jam. Berapa biaya yang dikeluarkan per jam. Alat pemecah batu akan menghasilkan berapa kubik batu split. Bahkan beliau juga hafal berapa harga

Doing Outside the Box

Melakukan hal yang tidak biasa dilakukan. Bukan tentang comfort zone , tapi memperjuangkan passion yang dulu tak terpikir untuk direalisasikan.Doing Outside The Box. Masuk dalam komunitas Sekolah Perempuan semakin menjerumuskan saya kedalam berbagai grup di FB maupun WA yang di penuhi dengan emak-emak berisik yang  luarbiasa semangatnya meng-empower dirinya sendiri untuk maju menuju sukses. Salah satu grup WA yang saya ikut TNB 1 (Tips Nulis dan Bisnis 1) yang digawangi mbak Diah Octavia. Grup ini sangat aktif, buka chat dari 09.00pagi hingga jam 09.00 malam penuh dengan obrolan emak-emak dari curhat bisnis, ngomongin makanan, janjian kopdar, promo Indscript training dan yang paling jempolan sharing kisah sukses dari para pebisnis baik yang sudah lama menikmati keberhasilan maupun yang belum genap setahun ikut PSC (Private Sales Coaching) dan berhasil melesatkan omset bisnisnya hingga  4 bahkan 10 kali lipat. Salah satu sharing yang menarik adalah milik Teh Endah Dwianti