Skip to main content

Posts

Benarkah Kenakalan Remaja itu, Genetis ?

Benarkah Kenakalan Remaja itu, Genetis ? Penulis : imangsimple Suatu hari Bapak membawa bayi laki-laki berpipi chubby dari rumah keluarga di pesisir selatan Jawa Timur. Dean Prilia, nama yang disematkan pada bayi berkulit putih itu. Orang tuanya sudah lama berpisah. Ibu Dean memilih berkelana menjadi pekerja di luar negeri, sedangkan sang Ayah enggan merawat anak yang belum genap berumur setahun. Jadilah kehadiran Dean melengkapi keramaian keluarga kami. Nuri, adikku,  terlihat kurang menyukai kehadiran Dean. Mungkin karena perhatian Bapak dan Ibu mulai terbagi setelah kehadiran lelaki kecil bermata bulat itu. Diumur yang belum genap enam tahun, Nuri menjadi murid termuda.  Rengekan manjanya membuat Ibu sering menemani Nuri melewati setahun pertama Sekolah Dasar. Tentu saja sembari  membawa serta Dean yang baru belajar melangkahkan kaki-kaki kecilnya. Dean tumbuh menjadi anak yang lucu dan aktif.  Setiap  lebaran datang,  kami sekeluarga pulang ke Pacitan untuk bersilat

Jodoh, Takdir yang Bisa Diusahakan

I'm interested in everything that concerns you Tetes bening mengalir tanpa isak , Sukma mengalihkan pandangan dari layar berukuran 3,7 inchi tersebut. Ini adalah hari ke 93 sejak Janu berangkat meraih mimpinya di benua seberang. Mimpi yang selalu didengungkannya sejak 15 tahun lalu. Ya, sejak mereka jumpa pertama kali di depan Balairung UGM. Lamanya mimpi itu terwujud merembes pada lamanya kepastian tentang kesabaran diri menunggu. Terpisah pulau tak serta merta memisahkan keterikatan batin yang terjalin sejak lama,meski berseliweran orang-orang lain mencoba mengetuk pintu hati. Hingga kabar itu datang. Kabar  tentang lolosnya beasiswa ke negeri Kanguru. Sukma merasa gembira sekaligus gelisah. Gembira, karena setelah penantian panjang,  senyum lebar  Janu Nampak jelas saat menyapanya dalam video call, sesaat setelah semua dokumen lengkap, siap berangkat. Sesungguhnya tinggal selangkah lagi, setelah lulus Master, Janu berjanji. Namun entah  deru angin darimana, semakin dekat

Teman dalam Selubung Kompetisi

Sebulan terakhir, mulai memaknai hal berbeda mengenai pertemanan, profesionalisme dan kompetisi. Secara sadar dalam berucap dan bertindak setiap orang mengindikasikan minat , potensi, suka dan tidak suka pada sesuatu hal. Meski tidak secara gamblang bisa terbaca, setidaknya gesture tidak mengalihkan yang sebenarnya . Keenan yang baru  berusia 5 tahun, kadang-kadang berbohong dengan sengaja, misal bilang belum lapar. Begitu di sodori roti Maryam bertabur selai , langsung lahap. Bukan bohong, tapi ga mau makan pakai rendang :-( Ketika saya bertemu teman dan menanyakan kabar  sedang beliau menjawab dengan sekilas tanpa bertatap mata dan grogi, jadi bertanya. Ada apa ? Kemudian bertemu teman lain, yang berjanji memberikan sesuatu yang saya butuhkan. Dengan alasan aneka rupa, canceled. Aneh. Berteman dan berkompetisi menurut saya  adalah hal yang bisa seiring sejalan tanpa harus meniadakan. Di era digital sekarang, kompetisi bukan lagi head to head dengan mematikan pihak lain. Justru d

Mudik Lancar Via Jalan Tol Fungsional Batang-Semarang

tayang di ucweb (23/6/2017) Pengoperasian Jalan Tol Fungsional (JTF) Batang-Semarang, cukup efektif mengurai kemacetan di jalur Pantura, terutama kota Pekalongan dan kab Batang yang tidak memiliki jalan lingkar (ring road). Pengalaman tahun-tahun sebelumnya pada H-4 jalan sudah padat dan pihak kepolisian membuat pembatasan  di As jalan sehingga mengurangi simpangan atau tikungan kendaraan dari warga lokal. Sedang tahun 2017, perlakuan tersebut baru dilakukan pada H-3 pada lokasi tertentu. Jalan pantura Pekalongan-Batang pun cukup bersahabat. Sementara itu pemudik dari Jakarta arah ke Semarang terlihat lancar melalui JTF paket I jembatan Pasekaran Batang. Sesuai himbauan Kepala Humas PT Jasa Marga Semarang-Batang Iwan Abrianto ,yang dilansir tempo.com (22/6/2017) , agar kendaraan dipacu maksimal 40km / jam. Hal ini dikarenakan sifat darurat jalan tol yang masih berupa beton tipis, pun masih banyak material di sepanjang jalan.

5 Jurus Bijak Menghabiskan THR

photo :waktuku 19122016 (edited) Bulan Ramadhan dan menjelang hari raya sering diidentikkan dengan budaya konsumtif. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) , konsumtif berarti bersifat konsumsi (hanya memakai, tidak menghasilkan sendiri). Sedang dalam pengertian populer perilaku konsumtif didefinisikan sebagai perilaku membeli barang atau jasa yang berlebihan, walaupun tidak dibutuhkan (Moningka, 2006). Misal gonta-ganti gawai setahun 4 kali   atau ganti mobil setiap tahun. Namun jika hanya membeli aneka hidangan yang di hari biasa tidak dilakukan, kemudian menjelang buka puasa menjadi kewajiban, bukanlah konsumtif. Seringkali hanya lapar mata, karena tiba saat adzan Maghrib berkumandang, 3 butir kurma dan segelas air bening sudah Masya Allah nikmatnya. Menjadi perilaku konsumtif saat setiap bulan membeli pakaian baru, sementara saat hari raya juga memaksa untuk membeli pakaian baru minimal  2 stel, sandal baru, tas baru, cincin dan gelang berkilau. Nah, yang demikian itu