Skip to main content

Rejeki yang Tak Tertukar

Beberapa waktu lalu dalam sebuah pelatihan sang mentor yang alumni sebuah bank nasional berbagi pengalaman kerjanya. Berawal dari karyawan baru, kerja keras, cari uang. Dalam waktu 2 tahun dengan prestasi bagus jabatan-demi jabatan diraih. Sehingga dalam karir kurang dari 10 tahun sudah menduduki Kepala Wilayah. Awal saat beliau mulai menempati suatu posisi jabatan , dirubahnya mindset lama yaitu :
bekerja untuk dapat uang
menjadi
uang yang bekerja untuk kita.
Bagaimana bisa ? BISA, katanya.
Jadi, bekerjalah maksimal bahkan melebihi target, maka imbal hasil akan mengikuti. Percaya ? Saya termasuk orang yang mempercayai cara tersebut. Bukan berarti saya tidak tidak doyan materi, tapi lebih pada bekerja sebaik-baiknya maka biarkan rejeki langit menghampiri.
Jadilah jika terlibat suatu kegiatan diluar kerjaan rutin, dapat uang lelah banyak alhamdulillah, dapat sedikit kebangetan hahaha. Bukan tidak butuh ya, karena dari situ saya masukkan rekening tabungan anak. Alhamdulillah lama-lama gendut, meski tetap kalah dengan rekening para pejabat negara. Jangan bandingkan dengan blunder KTP-el.
Juga bukan tentang nrimo ing pandum. BIG NO , kalau ini. 
Bahwa setiap kita berhak atas imbal jasa dari tiap tetesan keringat. Yang menjadi masalah, sudah PANTAS kah kita meminta imbalan SELAYAK dari pekerjaan kita. Jangan-jangan hanya kita saja yang kepedean merasa sudah yang paling yahui dalam bekerja, padahal ada puluhan orang yang sedemikian sebal sehingga mendoakan hal jelek terjadi pada kita. Na'udzubillah summa na’dzubillah.
Mudahkan jalan orang lain, maka Allah akan melapangkan jalan kita. Pintu rejeki Allah ada dimana-mana , kita tinggal mengetuk saja. Tak perlu berebut, karena TAK AKAN TERTUKAR.
Rejeki tak perlu di kejar,
Rejeki itu dijemput dengan ikhtiar dan doa :-)

Comments

popular post

Kapan Waktu Terbaik Mengajarkan Anak Naik Sepeda?

Luka Hati

Cedera Tulang pada Anak

Berdamai Dengan Masa Lalu.