Ibu (saya memanggilnya Mak’e) , merupakan perempuan dengan label ibu rumah tangga tulen. Bapak adalah pencari nafkah utama,sedang ibu adalah pengelola rumah tangga dan mendampingi kehidupan kami, lima orang anak. Bapak dinas di Bek-Ang, bukan level perwira namun alhamdulillah tidak membuat kami hidup kekurangan. Secukupnya saja, namun masih bisa piknik tiap hari Minggu. Iya hampir tiap Minggu pagi Bapak akan mengajak saya dan kakak laki-laki saya ke peternakan sapi dekat rumah kemudian pulang membawa sebotol susu sapi mentah dan sepotong besar daging sapi, atau kami akan pergi ke Taman Kyai Langgeng, berenang, atau kami akan ke Candi Borobudur, atau kami akan ke Candi Mendut. Ibu sedemikian pintar mengatur keuangan keluarga dengan gaji pensiun Bapak yang hanya lima digit namun mampu menyekolahkan 3 dari 5 anaknya hingga sarjana. Jika saya mengenang masa itu, saya namakan ' masa hidup sederhana'. Padahal saat dulu menjalani, biasa saja. Biasa saja jika uang saku