Skip to main content

Posts

KECERDASAN EMOSI

Kecerdasan  Akademik diajarkan di sekolah, dan itu pula yang menjadi barometer  kelulusan dan kepintaran siswa yang kemudian secara sistemik membuat gap antara si jenius  dan si gaduh. Bagaimana dengan kecerdasan emosi ? Adakah sekolah yang mengajarkan hal berkut : 1.        Anak belajar berbagi makanan, berbagi mainan. Saling memberi dan menerima. 2.        Anak belajar mendengar perkataan (pendapat) orang lain. 3.        Anak belajar tidak hanya perkataan  dirinya yang harus selalu didengarkan. 4.        Anak belajar tidak mudah menyalahkan orang lain atas suatu kejadian. 5.        Anak belajar mencari solusi masalah daripada sekedar membahas kesalahan orang lain. 6.        Anak belajar  mengambil keputusan terbaik  dari permasalah yang ada. 7.        Anak belajar menjadi pemimpin dirinya sendiri untuk kemudian bisa mengarahkan teman-temannya melakukan hal baik bersama. Kecerdasan emosi akan membantu anak mencapai suksesnya, akan membuat anak di sukai orang-ora

PEREMPUAN BERKALUNG PULPEN

Juli 2016 saya mengikuti kelas serbu (serba seratus ribu) yang di adakan #IndscripteCreative, yaitu SALES PLAN.  Sebelumnya sudah ikut kelas menulis  #SEKOLAHSPEREMPUAN  dan kelas #SEKALINULIS JEBOL MEDIA. Tahun 2017 ini planning nya ikut kelas blogging ! makiin syibuuuk J belajar, action nya KAPAN? Salah satu tugas kelas SALES PLAN yang  diberikan mentor tercintah Teh @Indarimastuti adalah membuat list bisnis yang dikerjakan, foKus pada satu bidang dan kembangkan. Ini list saya sebagaimana banyak perempuan lain di duniaaah, yang punya banyak keinginan  : 1.        Distributor Master frozen food 2.        Lilyblossom_batik 3.        Reseller GDM Beauty Secret 4.        KeenCho praline 5.        STOP Tak boleh banyak-banyak sama mentor cantik. Jangan jualan palugada. Fokus pada satu bidang maka duit ngalir lebih kencang. Aiiih… Semua bisnis itu saya lakukan karena passion (apaaan..). Maksudnya kesukaan. 1.        Master  frozen food, karena saya butuh makanan instan n

INVESTASI CERDAS ala Bunbun

#1stsession Masih ingat dengan konsep 40-30-20-10 ? Waah apa itu : 10% dari gaji untuk  TABUNGAN (lallallaaaaa…) 20% dari gaji untuk biaya HOBI dan sosial (beli baju,travelling ,wisata kuliner , kondangan ) 30% dari gaji untuk bayar HUTANG termasuk kartu kredit  ( ambil kalkulator) 40 % dari gaji untuk HIDUP sehari-hari  (what ? ga cukup dong !) Yang belum paham, bisa baca  wonten mriki Kalau sudah lulus dari  drama surplus defisit rumah tangga, mari lanjut ke belajar bareng berinvestasi. Eits , serem amat ngomongin investasi , macem berkebun emas atau invest di koperasi  C*** atau P***. Males aah. Bukaaaaan. INVESTASI = RISIKO+TUJUAN+HASIL INVESTASI Ada tiga faktor yang harus kita perhatikan saat berinvestasi yaitu risiko, tujuan finansial dan hasil investasi itu sendiri. Apa sebenarnya yang kita takutkan dari berinvestasi ? RISIKO.             “ Uang saya aman gak ?”             “ Uang saya bakalan berkurang gak ?”             “ Jangan-jangan s

Bangga Menggunakan Produk UKM

#serialbunbun Saat Anda membeli  sebuah produk dari suatu usaha kecil mikro(UKM). Anda TIDAKlah menolong seorang CEO untuk membeli rumah ke-3 untuk berlibur. Akan tetapi Anda telah menolong seorang gadis kecil dan anak laki-laki memperoleh hadiah yang dia inginkan, atau para ibu dan ayah yang bisa menghidangkan makanan di meja makan bagi keluarga kecilnya. Boleh jadi yang produk yang  Anda beli adalah produk yang sederhana, tanpa merk atau bukan brand yang terkenal. Boleh jadi produk tersebut belum secara resmi berijin dari  BPOM melainkan hanya PIRT saja atau bahkan tidak terdaftar di lembaga manapun. Akan tetapi belum tentu tidak berkualitas dan tidak aman dikonsumsi bukan? Boleh jadi produk mereka belum tersertifikasi #HALAL MUI. Akan tetapi belum tentu produk yang mereka jual tidak halal bukan? Boleh jadi mereka belum memiliki sertifikat organik. Akan tetapi mereka selalu berusaha menjaga produknya sesuai kaidah industri makanan organik dan kearifan lokal. Boleh

Metode Pendidikan Efektif (3)

#serialbunbun Selalu diawali bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi anak. Mengapa ibu ? Bagaimana jika ibu dan ayah sama-sama bekerja ? Apakah beban pendidikan anak tetap dibebankan lebih besar pada ibu ? Mari kita telisik musababnya dari kacamata logika kekinian J MASA SEKOLAH Ada sebagian  ibu yang  memilih homescholling untuk pendidikan putra-putrinya. Baik diajari sendiri maupun  memanggil guru ke rumah atau mengikuti pendidikan online. Apapun metodenya, tujuannya sama, semua orang tua menginginkan anak menjadi pintar, berakhlaq baik, mandiri dan kelak mampu menaklukkan dunia. (apaseh…:-p) Saya termasuk golongan ibu yang tak terlalu pintar dalam hal akademis. Sehingga saya memilih bersusah payah survey sekolah terbaik (versi saya) yang memiliki visi misi sama (taelahhh…) Saya menginginkan sekolah yang memberikan bekal ilmu agama dengan porsi lebih banyak dari sekolah umum. Era digital dan pergaulan anak generasi Y sulit ditebak. Sekolah fullday menjadi pilihan saya dan