Skip to main content

Posts

Aroma Coklat Menggoda

vaseline cocoa radiant(doc:pribadi) Minggu lalu jelang libur akhir tahun, saya menyempatkan diri jalan-jalan ke toko seberang kantor. Semasa Keenan masih MPASI, setiap Jumat pasti kesana. Sekedar membeli seiris ikan tuna, sepotong pumpkin, dan satu pack kecil unsalt butter. Kalau sekarang urusan dapur cukup mengandalkan tukang sayur langganan yang lewat depan kantor. Kembali ke toko seberang kantor, semakin dewasa aka menua, nafsu belanja saya memang merosot drastis. Belanja untuk diri sendiri baik cemilan hingga pakaian seringberpikir tiga kali, namun beli barang untuk anak jadi prioritas. Seperti berburu boneka bantal Tayo J . Lorong favorit saya adalah perkakas dapur yaitu deretan rak wajan, panci dan piring dan teman-temannya. Senang saja melihat pernik-pernik unyu-unyu, dan tetep CEK HARGA, walau ga beli hahaha. Lorong selanjutnya adalah kosmetik. Nah, disinilah saya menemukan si BARU itu. Lotion rasa cokelat! Saya cukup rajin memakai lotion untuk telapak tangan dan te

Lima Pilihan Me Time yang Seru

Memiliki  me time  yang cukup bagi sebagian besar perempuan adalah hal mewah. Pria dapat melakukan  me time  atau bahkan hobi selepas jam kerja tanpa ada keterikatan waktu. Berbeda dengan perempuan, apalagi jika sudah memiliki anak, pulang kerja adalah waktu untuk keluarga. Menurut Psikolog Ayoe Sutomo, M.Psi seperti yang dilansir wollipop.com (31/10/2013), bahwa  me time  bisa menghindarkan stres khususnya bagi kaum perempuan. Rutinitas sehari-hari seperti bekerja di kantor, mengurus keluarga seringkali menyebabkan kejenuhan sehingga sulit mengontrol emosi. Hanya saja yang perlu dipahami,  me time tidak selalu identik dengan cuti, liburan ataupun  travelling . Me time  bisa saja dengan melakukan hal sederhana yang menyenangkan hati, setidaknya melepaskan sejenak beban harian. Belanja bisa jadi  me time  yang ampuh bagi sebagian perempuan, namun jika setelahnya pusing dengan tagihan kartu kredit? Alamaak, bukannya mood bangkit justru drop bahkan tenggelam di kolong meja. Saya se

Belajar Menulis (lagi)

Belajar menulis dan menjaring ide (pic:pixabay) Saat blog kembaIi hampa terjadi setelah kelas bloggingnya mbak Mira Julia kelar di Oktober dengan kejar-kejaran sebelum tutup. Waktu tujuh bulan mustinya teramat cukup untuk mengulik aneka fitur milik blogspot. Nyatanya memang kalau masih jauh dengan deadline  bawaannya nyante dan malas. Hanya semangat di awal bulan April  dan jelang akhir Oktober. Duk duk duk, endingnya blog saya masih biasa-biasa saja. Paling keren bisa buat akun .com , itu sudah yahui dah . Akhir Oktober itu pula seorang teman lama yang dua tahun lalu pernah ikut kelas menulis, menawari untuk ikut kelas cerita anak. Dini W Tamam berhasil menjebloskan saya dalam komunitas yang super duper keren. Wonderland Creative yang digagas mbak Dini dan mbak Wulan fokus pada penulisan cerita anak keroyokan untuk dicetak oleh penerbit mayor. Kalau kelas yang saya ikuti insyaallah buku akan  terbit via Gramedia dan Elexkids. Keren kan? Bukan saya, tapi para  mentor cantik

TAKO dari KEN

Tako dumptruck dan Odi backhoe (sumber youtube/mainananak) Sayup-sayup terdengar  suara tangis yang tertahan. Suma, minibus berwarna merah, mengerjap-ngerjapkan matanya. Telinganya  tegak untuk mempertajam pendengaran. Hari masih gelap, belum ada cahaya matahari yang menerobos melalui jendela rumah. Hanya ada temaram lampu kecil dari sebuah lemari kaca dua pintu penuh mainan. Satu sisi lemari berisi mainan dari kayu dan plastik serta tumpukan puzzle. Sedangkan sisi yang lain berisi mobil-mobilan berbagai jenis dan ukuran.  Dua rak pertama berisi mobil-mobil kecil seukuran genggaman tangan. Sedang rak paling bawah berisi mobil yang lebih besar.  “Suara siapakah yang sesenggukan dipagi buta begini ?” gumam Suma sambil melirik sekitar. Dilihat kawan-kawannya masih pulas. Odi, backhoe warna kuning meringkuk di pojok,  sementara  Sata,lokomotif  kereta hitam mulai menggerak-gerakkan badannya. Suma menoleh kebelakang, kemudian memicingkan matanya. Di dekat pintu lemari kaca itu bia

Saat Ikhtiar Beririsan dengan Tawakal

Sulit menyembunyikan  gemuruh dada yang membuncah. Sulit menahan air yang menggenang di pelupuk mata. Lelaki gagah yang saya kenal dulu, kini tergolek lemah di ranjang kayu berwarna coklat gelap. Tubuh tegap itu terlihat menyusut. Sudah tak terlihat raga yang rajin nge-gym itu. Hilang sudah keceriaan dari wajah tegasnya. Seandainya  bertemu di tempat umum , saya  nyaris kesulitan mengenali raut mukanya.  Sakit itu telah mengikis  raganya. Meski tutur kata dan ide-ide liarnya tetap tak terbendung, ada nada getir di setiap ucapannya. Kemudian saya menyesal kenapa tidak sedari lama mengunjungi beliau. Mengapa tidak sejak kemarin-kemarin saya bertandang ke rumahnya. Rencana itu tertunda kesekian kali dengan alasan kesibukan. Basi ! Seandainya saya lakukan sejak awal, ingin saya ceritakan tentang perjuangan Dahlan Iskan melawan penyakitnya. Berupaya dengan semua usaha dan dukungan keluarga untuk mendapat kesembuhan. Bukan hanya tentang kesiapan materi, lebih pada ikhtiar tak b