Skip to main content

Posts

Konsisten Menghukum

Siang kemarin saya menelpon Keen dan dia menjawab sumringah. " Aku lulus Al Mursalat, Bun!" alih-alih bilang agak lemas karena berangkat - pulang naik sepeda ke sekolah, padahal sedang puasa. "Alhamdulillah", jawab saya. Dalam hati saya tahu kenapa dia begitu bersemangat saat bisa menyelesaikan surat terakhir yang harus dia hafal pada juz 29. Handphone . Iya, lebih dari dua pekan ini, Keen tidak saya perkenankan pegang handphone yang biasa dia pakai. Baik untuk  texting whatsApp, telepon apalagi nge-game. Kenapa? Ini adalah kesekian kali Keen saya hukum tidak boleh main game. Kali ini malah totally tidak pegang handphone . Handphone tetap di tempat semula, di meja depan televisi. Namun saya locked . Saya memang tipe emak-emak yang konsisten kalau menghukum anak. Tentu saja bukan hukuman fisik. Walau kadang kalau sedang gemez parah, tetap aja itu kuping saya jewer keras kalau dibangunin shubuh susah. Handphone seharga 1,5 juta itu saya beli dua  tahun lalu untuk k

MENYEKOLAHKAN ANAK VERSUS MENITIPKAN ANAK

  salah satu lorong Lembang Park & Zoo Sabtu pekan lalu saya memenuhi undangan OPEN HOUSE sekolah baru Andra. Iya, bayik ini sudah berusia 3,5 tahun. Saya pilihkan Kelompok Bermain Islam Terpadu.   Sebenarnya saya   tidak berniat memasukkan Andra ke KBIT, rencana langsung masuk TK saja. Satu hal hemat biaya, hal lainnya proses belajar di KBIT belum optimal. Bukan keharusan. Namanya juga Kelompok Bermain   atau play group, ye kan? Tapi demi mendengan Andra sering   merengek minta segera, jadilah saya iyakan. Mungkin karena hampir setiap pagi dia turut saya bonceng nganterin kakaknya sekolah di SDIT, mungkin dia pikir sekolah itu seru. Banyak teman dan mainannya banyak. “Sekolah yang ada perosotannya ya, Bun” begitu katanya setiap ditanya   mau sekolah dimana. Mencari sekolah untuk Andra sedikit berbeda dengan waktu saya mencari sekolah untuk kakaknya.   Keenan sejak usia 11 bulan sudah masuk daycare . Jadi dia sudah berpindah 3 daycare sampai dengan selesai Taman Kanak-Kanak.

REVIEW: Lembang Park Zoo, liburan ideal keluarga muda

  Saya jatuh cinta dengan kota Bandung. Entah sejak kapan.   Udah kayak I knew I love you before I met you, gitu. Mungkin berawal dari julukannya si kota kembang. Mungkin juga karena semasa SMU kelas dua pernah study tour kesana.   Destinasi kemana? Tentu saja, gunung   Tangkuban Perahu, haha. Tahun ketiga smu mulai kepikiran mau kuliah dimana. Pilihannya Bandung atau Malang. Kok bisa malah area Jawa Barat or Jawa Timur, sementara saya tinggal di Jawa Tengah. Entah kenapa saya tidak tertarik kuliah di Semarang, Solo atau Jogjakarta. Mungkin karena kedua kota tersebut relatif berhawa sejuk seperti kota kelahiran saya Magelang, sementara rumah tinggal saya saat itu, Purbalingga, menurut saya lebih panas. Tapi itu mimpi saya, kenyataan beda jauh.   Tahun dimana saya lulus SMU justru tidak keterima di jenjang S1 pilihan saya. Sedih banget dong, pasti. Setahun setelahnya saya akhirnya memilih kuliah di Jogja. Iya jadi hobi nongkrong di bunderan UGM.   Daaan mimpi untuk tinggal atau ker

Fortune Indonesia Summit 2022: Semangat Pembaharu Para Tokoh Muda

  Raffi Ahmad dalam salah satu sesi Fortune Indonesia Summit 2022 Friday is coming ! Yeay, hari Jumat adalah hari menyenangkan buat saya. Kenapa ? Karena waktu istirahat kantor sedikit lebih lama yaitu digabung dengan salat Jumat. Iya sih, yang salat Jumat para bapak, sedangkan para emak jumatan juga di seberang masjid alias window shopping atau sekedar jajan mie ayam  bakso. Jumat pekan ini cuaca mendung diselingi gerimis manja manis. Sudah medio bulan Mei namun hujan masih sering menyapa. Jadilah saya memilih menghabiskan waktu istirahat di ruang kantor saja. Nge-drakor? Tentu saja tidak.   Saya penganut nonton film santai di malam hari, bukan curi-curi waktu di jam kantor, haha. Malesan aja ketauan atasan, bukannya bikin action plan malah bikin action meme , haha. Saya memilih berselancar ke beberapa situs berita dan bisnis ekonomi favorit. Laman   Fortuneind.com adalah satu platform bisnis - for leaders dan decisions makers -yang rajin saya tengok.   Oh iya, karena bekerja di

Liburan Seru Selama Ramadan

Pandemi mengubah banyak hal. Mengubah cara dan perspektif dalam bersikap, berpikir dan bertindak. Pandemi membuat anak-anak harus belajar daring. Saat awal pandemi si sulung baru kelas dua. Belajar daring bagi anak usia sekolah dasar belumlah tepat karena mereka belum bisa belajar secara mandiri. Apalagi dengan kurikulum K13 dengan buku tematik super tebal, duuuh. Jadilah orangtua yang harus kembali bersekolah.  Well, memasuki tahun ketiga, pandemi belum menampakkan ujungnya. Namun bombardir kewajiban vaksin diklaim cukup efektif menurunkan jumlah kasus (baca: bergejala). Tentu saja ini pandangan saya sebagai orang non kesehatan. Alhamdulillah ramadan kali ini nyaris sama dengan ramadan 3 tahun lalu. Masjid ramai, pasar ramai, jalanan ramai. Bedanya, sebagian masih sadar diri untuk selalu memakai masker, sebagian yang lain tidak. Ah sudahlah, ini berdasar keyakinan masing-masing sajalah. Pada gilirannya kita memang semestinya berdamai, berdampingan dengan ini. Setelah dua minggu sekola