Skip to main content

Tentang hari Senin

 


Pekan lalu rasanya ikut dag dig dug nungguin tanggal 11 April. Ketebak dong itu hari apa. Iyes hari Senin! Istimewanya apa?

Belasan tahun silam pernah jadi anak BEM.  Membersamai hiruk pikuk politik kampus hingga negara. Seru? Setidaknya  menjadi pengalaman bertukar kata, diskusi hal serius hingga sensitif  bahkan unspoken story. Apakah saya bagian dari gerakan mahasiswa saat itu? Tidak segamblang itu sih, karena era 98 saya masih pakai seraham sekolah, haha. Well setidaknya kebiasaan menelisik dan membahas kebijakan pemerintah menjadikan wawasan keilmuan lebih melebar dari sekedar menghitung probalilitas atau rumus integral ke sosial-ekonomi-hukum.

Hingga suatu saat di akhir semester 6, dosen wali memanggil pulang. “Sudah ya, semester 7 mulai skripsi. Kurangi kegiatas di luar.”

Simple banget si Bapak. Apa saya manut? Tentu tidak! Skripsi jalan, kegiatan kemahasiswaan juga tetep jalan, hehe. Dan tetap sesuai target, kuliah kelar sebelum masuk tahun ke 5.

Ngomongin jaman kuliah memang  ga ada habisnya. Masa dimana tenaga double power macam punya selusin energizer. Pergi pagi pulang malam, tetap happy. Beda dengan sekarang, bebersih kulkas  dan masak  buka puasa untuk 3 orang dan 1 balita saja sudah backache hebat plus kram kaki 😊

Oiya balik lagi tentang cerita Senin 11 April. Sempat kepikiran untuk membuat tulisan yang bernada menyemangati, tapi kok ragu, ya gitu deh. Jadilah hanya  posting status di facebook tentang keikutsertaaan dahulu di organisasi BEM.

Mahasiswa ini sudah lama tidak kuliah tatap muka. Mungkin yang turun ke jalan kemarin adalah anak-anak semester akhir yang masih sempat mengenyam kuliah offline. Bisa jadi sangat sedikit mahasiswa semester 4 atau bahkan semester 2 yang  merupakan generasi daring. Berasanya jadi kurang  kompak. 

Desakan atas isu yang dibangun kurang greget juga. Presiden  3 periode, kelangkaan minyak goreng dan kenaikan PPN sebenarnya tema yang sangat serius. Siapa bermain dibelakang kelangkaan minyak bisa jadi masih satu clan dengan para tukang cari sensasi menebar buih presiden 3 periode.

Hasilnya? Seperti antiklimaks, atau saya yang terlewat baca story. Demo selesai, masa bubar. Pertemuan dengan pejabat/anggota dewan tidak memberi gambaran jelas. Rusuh dibeberapa lokasi, masih wajar. Udah, gempitanya sampai situ aja. Yang masih terus dibahas hanya pengeroyokan AA. Ah sudahlah. Mustinya kemarin memang di istana, sih.

Comments

popular post

Merencanakan Pendidikan Anak Sejak Dini, Perlukah ?

Jadi Bapak Rumah Tangga, Kenapa Tidak ?

Serba-serbi Kurikulum 2013 (K13)

Kapan Waktu Terbaik Mengajarkan Anak Naik Sepeda?